Beberapa faktor pemicu kenapa bayi terlahir besar. diantaranya ibu hamil memiliki riwayat diabetes (hormonal), kenaikan berat badan berlebih ketika hamil, dan faktor keturunan. Walau tampak menggemaskan jika melihat bayi gemuk dan lucu, sebetulnya proses persalinan bayi besar sangat berisiko.
Persalinan menjadi lebih rentan mengalami cedera baik pada ibu ataupun pada bayi. Pada ibu, bisa terjadi robekan jalan lahir yang luas, peregangan tulang simfisis berlebihan pada panggul, melahirkan dengan bantuan alat forseps atau vakum dan berpotensi melahirkan dengan operasi Caesar akibat ketidaksesuaian panggul dengan kepala bayi (Cephalo Pelvic Disproportion).
Begitu pula pada sang bayi. Mereka bisa mengalami cedera patah tulang akibat kemacetan bahu bayi saat melewati jalan lahir. Bayi juga beresiko mengalami cerebralpalsy (kelumpuhan saraf otak) karena cedera kepala saat melewati jalan lahir. Pada saat berada di luar rahim, bayi lebih mudah mengalami penurunan kadar gula darah berlebihan (hipoglikemia).
Bayi besar juga beresiko lebih tinggi mengalami gangguan pernafasan , terutama bayi besar yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Meskipun tampak besar, tetapi karena belum cukup bulan, paru- paru bayi belum mampu berkembang sempurna. Dalam masa pertumbuhan selanjutnya, bayi juga beresiko mengalami obesitas Perlu kita ketahui, berat badan seorang ibu hamil cenderung bertambah seiring pertumbuhan janin dalam kandungan.
Pertambahan berat badan ini penting terhadap keberhasilan proses kehamilan terutama pada trimester dua dan tiga masa kehamilan dan sebagai persiapan proses menyusui kelak. Namun penambahan berat tidak boleh berlebihan. Naiknya berat ibu hamil selain disebabkan penimbunan lemak pada jaringan tubuh ibu hamil, juga akibat penumpukan cairan tubuh (edema), pembentukan plasenta, air ketuban dan janin.
Mengingat resiko yang ditimbulkan jika terjadi kehamilan dengan bayi macrosomiat, maka sebaiknya ibu hamil melakukan hal - hal berikut ini :
1. Menjaga kenaikan berat badan. Terutama pada ibu hamil dengan diabetes dan obesitas. Untuk ibu hamil dengan berat badan normal, kenaikan berat badan sekitar 10 kg - 13 kg. Namun bila berat badan sebelum hamil kurang dari 45 kg, atau sebelum hamil sudah obesitas maka kenaikan berat badan disesuaikan dengan anjuran bidan atau dokter
2. Melakukan aktivitas dan olahraga. Ibu hamil yang kurang gerak akan membuat kalori tubuh menumpuk dan tersimpan dalam bentuk lemak sebagai cadangan kalori tubuh. Senam hamil dan jalan pagi yang teratur akan sangat membantu mencegah kenaikan berat badan berlebih saat hamil.
3. Perbanyak makan buah dan sayuran memasuki trimester III. Buah- buahan segar atau sayuran dalam bentuk jus yang banyak mengandung serat sangat dianjurkan. Hindari camilan junkfood dan kudapan yang mengandung banyak zat gula contohnya saja es krim dan puding berkadar gula tinggi. Minuman sirup manis sebaiknya juga dikurangi jika kenaikan berat badan sudah melewati batas normal.
4. Patuhi diet dan pengobatan yang teratur. Bagi ibu hamil dengan riwayat diabetes sebaiknya mematuhi diet atau aturan pola makan sesuai anjuran dokter dan teratur mengikuti program terapi diabetes baik pemberian insulin maupun obat minum.
5. Memeriksakan kehamilan secara teratur buat memantau berat badan selama kehamilan. Pada setiap kunjungan berkala tersebut, bidan dan dokter akan membantu memantau berat badan setiap ibu hamil dengan pertimbangan indeks massa tubuh atau BMI masing - masing ibu hamil.
Akhir kata semoga artikel tentang pemicu besarnya bayi dalam kandungan ini bermanfaat.