Otak Akan Merekam Pengalaman Seseorang

Otak Akan Merekam Pengalaman Seseorang
Para ilmuwan sudah meneliti tentang otak sejak lama, dan sudah  memperoleh pengetahuan tentang penyimpanan memori otak. Sistem eksperimental mereka  dapat dijadikan cara buat menguji atau memperbaiki pengobatan yang ditujukan untuk meningkatkan memori otak. 

Buat hasil studi ini peneliti di Yerkes National Primate Research Center, Emori University membuat sebuah percobaan dimana tikus yang terkena kena kilatan cahaya, sebuah peristiwa cahaya-shock tunggal tidak cukup untuk membuat tikus takut cahaya, membuat pengulangan terapi cahaya-shock beberapa hari kemudian.

"Saya menggambarkan efek ini sebagai priming",kata Ryan Parsons ,"Hewan itu mengalami segala macam hal dan harus memilah apa yang penting bila sesuatu terjadi sekali, terjadi kedua kalinya hewan akan ingat." ucapnya.

Walaupun merasakan ketakutan yang kuat tapi memori tidak dibentuk setelah priming pertama. Pada saat itu Ryan Parsons sudah mampu mendeteksi perubahan kimia dalam amigdala yakni bagian otak yang penting untuk merespon ketakutan. Pembentukan memori jangka panjang dapat di blok dengan menyuntikan obat kedalam amigdala.Obat ini menghambat protein kinase A yang terlibat dalam perubahan kimia yang Ryan Parsons saksikan.

"Hal ini memungkinkan buat melatih tikus untuk menjadi takut pada suara atau bau", kata Ryan Parsons. Akan tetapi tikus kurang sensitif terhadap cahaya dibandingkan dengan suara/bau dan guncangan. Kenangan ketakutan hanya terbentuk pada saat guncangan disertai dengan cahaya.

Ryan Parsons mengukur seberapa takut tikus dengan mengukur tingkat respon kejut akustik.Para ilmuwan telah mampu mempelajari perubahan kimia dihubungkan dengan proses priming ekstensif dalam neuron,tetapi tidak sebanyak pada hewan proses ini disebut Metaplasticity atau bagaimana sejarah pengalaman otak mempengaruhi kesiapannya untuk merekam.

,"Kita akan bisa melihat apa yang terjadi dalam acara priming pertama,serta jika memori dipicu dalam jangka panjang."katanya., "Kami percaya temuan kami mungkin membantu menjelaskan bagaimana peristiwa yang dipilih buat menyimpan memori diotak jangka panjang daripada informasi yang didapat saat kita tersadar,"tulis Ryan Parsons dan Davis dalam tesisnya.