Menikah Beda Rhesus Berbahaya Bagi Janin - Sebuah nasihat buat memeriksakan kesehatan pranikah mungkin belum banyak dilaksanakan pasangan yang mau menikah. Sebenarnya periksalah kesehatan Anda dan pasangan sebelum menikah. Hal itu akan sangat bermanfaat buat kasus-kasus penyakit genetik seperti ketidaksamaan rhesus dengan pasangan
Ada tidaknya antigen (karbohidrat dan protein) dalam sel darah kita. Itulah yang membedakan rhesus positif (Rh+) dan rhesus negatif (Rh-). Disebut rhesus positif jika ada antigen dalam darah, dan bila tak ada disebut rhesus negatif. Kebanyakan rhesus positif dimiliki oleh ras Asia termasuk orang Indonesia. Di seluruh dunia ini, hanya sedikit orang yang memiliki rhesus negatif, sehingga bila memerlukan donor darah agak sulit. Rhesus negatif umumnya dijumpai pada orang-orang yang mempunyai garis keturunan Kaukasian (berkulit putih).
Masalah akan muncul bila Anda mempunyai Rh negatif dan pasangan Anda mempunyai Rh positif. Kondisi ini biasanya terjadi pada perkawinan antar bangsa. Rhesus positif dominan terhadap rhesus negatif, dan anak hasil dari pasangan yang beda rhesus memiliki kemungkinan 50-100% berhesus positif, dan 0-50% berhesus negatif. Artinya, rhesus anak kemungkinan akan berbeda dengan sang ibu.
Perbedaan rhesus antara sang ibu dengan bayi yang dikandungnya akan menimbulkan masalah, karena tubuh sang ibu akan memproduksi antirhesus yang akan menyerang calon bayi. Rhesus darah janin akan masuk melalui plasenta menuju ke peredaran darah sang ibu. Melalui plasenta ini juga antirhesus yang diproduksi sang ibu akan melakukan serangan balik ke dalam peredaran darah calon bayi, di mana sel-sel darah merah calon bayi akan dihancurkan.
Pada kehamilan pertama, antirhesus mungkin hanya akan menimbulkan bayi terlahir kuning. Hal ini terjadi karena proses pemecahan sel darah merah menghasilkan bilirubin yang menyebabkan warna kuning pada bayi. Tetapi pada kehamilan kedua, jika calon bayi tetap memiliki rhesus positif akan menyebabkan masalah yang fatal.
Perbedaan rhesus antara ibu dan janin tak terlalu berbahaya pada kehamilan pertama. Sebab, kemungkinan terbentuknya zat antirhesus atau antibodi pada kelahiran pertama sangat kecil. Kalaupun sampai terbentuk, jumlahnya tidak banyak, sehingga bayi pertama dapat lahir sehat. Pembentukan zat antirhesus baru benar-benar dimulai pada saat proses persalinan (atau keguguran) kehamilan pertama. Saat plasenta lepas, pembuluh-pembuluh darah yang menghubungkan dinding rahim dengan plasenta juga putus. Akibatnya, sel-sel darah merah bayi dapat masuk ke dalam jumlah yang lebih besar. Selanjutnya, 48-72 jam setelah persalinan atau keguguran, tubuh ibu dirangsang lagi untk memproduksi zat antibodi/antirhesus lebih banyak lagi. Kelak saat ibu mengandung lagi, zat antibodi/antirhesus di tubuh ibu akan menembus plasenta dan menyerang sel darah merah janin.
Produksi antibodi ini sama seperti produksi antibodi pada umumnya bila ada zat asing masuk dalam tubuh. Sekali ada makhluk asing yang sudah dikenali, maka antibodi akan melindungi ibu agar bila zat asing itu muncul kembali, tubuh ibu dapat menyerang dan menghancurkannya. Proses ini terjadi demi keselamatan ibu sendiri. Namun, kadar antibodi atau antirhesus pada setiap ibu tidak sama. Ada yang rendah, ada yang tinggi. Gawatnya bila antibodi kadarnya tinggi. Dalam kondisi ini, janin harus dipantau dengan alat ultrasonografi. Dokter akan memantau masalah pada pernapasan dan peredaran darah, cairan paru-paru, atau pembesaran hati, yang merupakan gejala-gejala penderitaan bayi akibat rendahnya sel darah merah. Kadang-kadang lalu diputuskan persalinan lebih dini, sejauh usia janin sudah cukup kuat untuk dibesarkan di luar rahim.
Di kehamilan kedua, antirhesus sang ibu semakin tinggi sehingga daya rusaknya terhadap sel darah merah bayi pun semakin tinggi. Hal ini dapat menyebabkan janin mengalami keguguran. Kabar baiknya, jika sang ibu telah mengetahui perbedaan rhesus yang terjadi, masalah keguguran bisa dihindari.
Akan tetapi buat Anda seorang ibu yang sedang mengandung tidak perlu khawatir akan hal ini. Pada waktu ini pengobatan modern telah menemukan perawatan buat masalah ini. Sebuah suntikan yang dinamakan Rhogam pada sebagian banyak kasus diberikan saat sang ibu masih berada di rumah sakit sesudah melahirkan bayi pertamanya. Di beberapa kasus, suntikan ini akan diberikan pada awal trimester pertama usia kehamilan, sebelum bayi lahir. Hal ini hanya dilaksanakan pada ibu yang pernah mengalami keguguran atau aborsi, karena pada kasus ini sang ibu akan menempatkan bayinya dalam bahaya selama kehamilan berlangsung.
Dari berbagai sumber